Selasa, 03 Desember 2019

suka sama dia


Dihari ini awan kelabu menghiasi langit pagi. SMA TARUNA BANGSA masih kosong, tidak terlihat tanda-tanda kehidupan dari murid-murid lain. Aku duduk sendirian  didalam kelas XI IPS 1 ini. Jujur, berada dikelas sendirian dengan cuaca seperti ini tidak menyenangkan.Andai saja disini ada Rafa, teman sebangku-ku. Hmmm, mungkin tidak hanya teman sebangku. Aku menyukainya dari kelas X. Aku juga tidak tau kenapa bisa suka sama dia. Well, cinta ga butuh alasan kan? Asal tau saja, aku sangat senang saat dia sekelas dan duduk di sebelahku. Padahal tempat duduk kami tidak diatur. Dia bilang karena dia suka melihat ke arah jendela. Terserah apapun alasannya. Asalkan dia duduk disebelahku itu sudah cukup.Ya Tuhan, apa separah ini aku suka sama Rafa?

Dia selalu terbayang-bayang. Bahkan sekarang aku melihat Rafa memasuki kelas dengan kemeja setengah keluar dan jaket abu-abu favoritnya. Dia mendekatiku. Andai ini nyata....“Selamat pagi. Fasha, tumben cepet dateng?” Aku tersadar. Ini nyata. Rafa disini dan dia memanggilku. Aku terdiam. Aku terlalu senang. Mungkin wajahku sekarang tampak seperti orang bodoh. Akhirnya aku menjawabnya dengan senyuman. Rafa tersenyum. How he make that face so cute like now? Aku mungkin mengerti kenapa aku sangat menyukainya. Aku menatap Rafa. Rafa menatapku sesaat. Lalu dia kembali menatap jendela. Rafa memang selalu menatap jendela.Sekarang dilangit sudah tidak ada lagi awan kelabu lagi. Walaupun belum cerah tapi sudah ada burung yang hilir mudik kesana kemari.

Seperti mencerminkan betapa bahagianya aku disini. Sialnya kelas sekarang sudah mulai penuh dan Bu Tuti sudah siap mengajar. Bu Tuti termasuk guru yang paling menyeramkan disekolah ini. Ntah ini hanya perasaanku atau bagaimana, aku merasa burung-burung yang hilir mudik tadi sekarang berhenti berterbangan setelah Bu Tuti mulai mengajar.Selama Bu Tuti mengajar, Rafa tetap menoleh ke arah jendela. Sampai akhirnya Bu Tuti berjalan menghampirinya. Aku menyikutnya, Rafa menoleh, menaikan dagu, lalu menatap jendela lagi. Respon macam apa itu? Akhirnya Bu Tuti menghabiskan sisa jam pelajarannya untuk memarahiRafa. Apa yang dipikirkan Rafa?Aku melihat ke arah jendela yang selalu dilihat Rafa. Dari sini aku melihat kelas XI IPA 1 yang berseberangan dengan kelas kami.

Ah, jangan-jangan Rafa menyukai seseorang disana? Astaga, ya benar itu mungkin benar, untuk apa dia selalu melihat ke jendela? Sekarang aku ingin menangis.Aku coba memberanikan diri menanyakan Rafa, kenapa dia selalu melihat jendela? Tapi dia hanya menjawab “Rahasia Sha, ntar deh aku pasti kasih tau.” Katanya sambil tersenyum lalu kembali menatap ke jendela.Apa maksud senyum itu? Kamu suka orang lain sedangkan aku disini selalu melihatmu. Mungkin sekarang aku sudah meneteskan air mata percuma, air mata yang tak akan mengubah perasaanku terhadapnya. Tangisan yang tidak akan membuat Rafa memperdulikanku. Yang diperdulikannya hanyalah jendela. Oh ya, bukan jendela, tapi orang dibalik jendela itu.

Seharian aku menjauhi Rafa. Sebenarnya aku tidak bermaksud menghindarinya. Aku hanya menghindari perasaanku sendiri. Jujur, sangat sulit menghindari Rafa. Besoknya kami sudah kembali seperti biasa. Mungkin dia juga tidak tau aku menjauhinya kemarin. Menyedihkan. Aku memikirkannya semalaman, mungkin saja Rafa hanya melihat pemandangan, pemandangan disekolahku cukup indah. Lagian, kalo dia suka sama orang lain kenapa? Seorang, Fasha Amalia tidak punya hak untuk ikut campur, bahkan untuk cemburu sekalipun.Saat istirahat Sherly datang memanggilku dari pintu kelas. Aku segera menemuinya. Sherly adalah satu-satunya temanku saat MOS (Masa Orientasi Siswa).

Orangnya betul-betul baik, tipe-tipe orang yang menyenangkan, cantik lagi. Kami mengobrol lama sampai akhirnya dia mengatakan tujuannya ke kelasku. Dia mengatakan bahwa dia menyukai teman sekelasku. Sherly berkata kalo Rafa adalah orang yang disukainya. Belum siap menghadapi itu semua Sherly menambahkannya lagi, dia bilang kalo Rafa sering melihat ke arahnya melalui jendela, lalu tersenyum kepadanya. Kenapa harus Rafa?Masih ada 19 cowok lain dikelas ini. Kenapa?Saat ini aku sangat hancur. Kalo seorang Rafa mengetahui ada gadis manis seperti Sherly menyukainya, aku tidak akan bisa jadi menjadi saingan Sherly, dia perfect. Sedangkan aku, biasa saja, bahkan nyaris dibawah standart. Aku sangat sedih memikirkan ini.

Sherly memintaku mengenalkannya kepada Rafa. Aku mengajaknya masuk kelas dan mengenalkannya. Rafa tersenyum saat aku mengenalkannya. Astaga, apa yang sudah kulakukan. Aku pasti orang terbodoh di alam semesta.Aku pergi meninggalkan mereka. Aku bilang kepada mereka mau ke kantin. Tentu saja itu bohong. Aku selalu membawa bekal makanan dan aku baru saja memakannya. Rafa bodoh! Bahkan dia tidak tau aku sudah makan disebelahnya. Mana mungkin aku lapar? Aku sangat sedih, sedih terhadap diriku sendiri. Mungkin, jika aku mengatakan perasaanku pada Rafa, hal ini tidak akan menjadi seperti ini. Mungkin, jika aku mengatakan bahwa aku juga menyukai Rafa pada Sherly, hal ini tidak akan terjadi.

Aku kembali ke kelas. Kulihat mereka berdua masih mengobrol dan Sherly duduk dibangku-ku. Dalam waktu sekejab dia sudah menggantikan posisiku. Mereka terlihat seperti pasangan serasi dimataku. Benar-benar seperti pangeran dan putri. Sherly melihatku. Dia tegak dan menyuruhku untuk duduk. Hatiku tercekat, Sherly benar-benar gadis manis. Aku bilang tidak usah, lalu aku duduk di kursi yang jauh dari mereka. Sungguh aku tidak ingin melihat mereka ataupun mendengar apapun omongan mereka.Hari demi hari Sherly dan Rafa semakin akrab. Aku benar-benar sudah tidak ada harapan lagi. Aku sangat lelah, padahal aku tidak sedang ada pelajaran olahraga. Aku lelah melihat mereka berdua. Aku lelah memikirkan perasaanku ini.

Aku sekarang sendirian dikelas. Semua sudah pulang dari satu jam yang lalu. Aku terlalu sibuk memikirkan cinta-bertepuk-sebelah-tangan sehingga terlambat pulang. Inilah akibat terlalu berlebihan menyukai seseorang. Aku tau cinta itu buta, tapi aku tidak tau akan segelap ini. Aku tidak tau akan sesulit ini. Aku tidak tau akan mengalaminya sedalam ini.Aku harus pulang. Aku memasukan buku-ku dengan cepat. Terakhir aku melihat ke laci untuk memastikan tidak ada barang yang hilang. Aku malah melihat buku Rafa tertinggal. Aku mengambilnya. Ternyata bukan buku latihan atau semacamnya. Itu adalah buku notes. Notes yang amat menarik, sampul depannya adalah gambar seorang cewek. Rafa tidak terlihat seperti seseorang yang akan membeli notes seperti ini. Aku mulai membacanya.

Aku tau... Kau perempuan termanis yang aku kenal, ramah dan baik.Aku tau... Kau selalu duduk dikursi itu. Memerhatikan setiap pelajaran yang diberikan.Aku tau.. Aku tau raut wajahmu, saat kau senang, sedih, kecewa.Aku tau semuanya... Aku tau semua tentangmu. Karena aku selalu memperhatikannya. Disini, ditempat duduk ini.Aku selalu melihatmu dari balik jendela.Aku tidak sanggup lagi membalik halamannya. Ternyata Rafa sudah menyukai Sherly sejak lama. Aku tidak bisa lagi membendung air mataku. Aku menangis sekerasnya.“Fasha? Kenapa lo nangis?” kata Rafa datang menghampiriku .Aku masih nangis. Aku tidak tau kenapa dia bisa disini. Aku sedang sangat tidak ingin bertemu dengannya. Ini menyakitkan.

Tangisku semakin kuat, tapi Rafa tetap memaksaku untuk menjawab. Aku mengatakan pada Rafa seorang yang aku suka menyukai orang lain. Rafa mengatakan bahwa dia akan memberi pelajaran pada cowok itu. Aku diam. Rafa baik. Rafa terlalu baik. Aku tidak boleh cengeng. Aku berusaha berhenti nangis, membulatkan tekatku untuk mengatakan “Tidak apa-apa.”Aku memberikan notes tadi pada Rafa, dia sedikit mengangkat alis, hal yang dilakukannya setiap kali dia sedang bingung.“Coba kamu baca.” Kata Rafa tiba-tiba.Cowok bodoh. Tentu saja aku sudah membacanya. Kau fikir apa yang membuatku menangis? Aku baru saja menangis tapi kau malah ingin menceritakan cerita cintamu dengan Sherly. Dimana perasaanmu?“Aku udah baca barusan.” Kataku singkat.“Jadi kamu sudah tau perasaan aku ke kamu?” tanya Rafa membingungkanku.

Aku menatapnya bingung. Rafa menyuruhku berpindah tempat duduk dengannya. Sekarang aku duduk tempat Rafa seperti biasanya. Lalu Rafa memnyuruhku untuk melihat ke jendela. Aku segera menurutinya. Dari jendela, aku melihat pantulan Rafa. Jadi, selama ini, sosok yang dilihat Rafa dibalik jendela adalah aku. Jadi selama ini aku salah tapi tulisan di notes rafa tadi. Oh iya, aku belum selesai membacanya. Aku mengambil notes Rafa dan membaca halaman selanjutnya.
Apakah kau tau? Sudah nyaris dua tahun penuh aku selalu memperhatikanmu.Saat tau aku sekelas denganmu, aku segara duduk disebelahmu.

Melihat pantulan bayanganmu dari jendela.Dari tempat ini aku bisa sangat jelas memperhatikan gerak-gerikmu.Mungkin aku tampak menjijikan. Aku hanya bisa melihatmu dari pantulan jendela tanpa berani mengucap satu katapun.Tapi sungguh aku menyukaimu, mencintaimu malah. Fasha Amalia.Rafa mengusap kepalaku. “Jangan nangis lagi. Aku ga suka liat kamu nangis.” Aku tersenyum sekarang. “Aku tau ini saat yang ga tepat, karena kamu baru patah hati. Tapi, mau ga kamu jadi cewek aku? Aku janji buat kamu bahagia.” kata Rafa sambil menatap mataku yang pasti sangat amat jelek dan sembab.

Akupun menceritakan semuanya tentang perasaanku, jendela, Sherly dan notes. Rafa menatapku lembut. “Aku cinta kamu Fasha.”Saat Rafa mengatakan itu. Aku merasa, aku adalah perempuan paling beruntung di dunia. Tentu saja aku menerimanya. Kami sekarang resmi pacaran. Aku tidak perduli tentang Sherly, Bu Tuti atau siapapun. Dan aku yakin, walaupun kisah ini tidak seromantis dan dramatis titanic maupun romeo and juliet tapi aku tetep senang. Karena kami pasti akan menjadi pasangan bahagia. Itu saja sudah sangat cukup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar